Rabu, Januari 27, 2010

10th: Fitter Happier

* Sebuah kebetulan hanya akan menjadi sebuah kebetulan jika dan hanya jika saya tidak pernah mendengar mengenai lauhul mahfudz dan kenyataan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia sudah digariskan tuhan. It's written. We're just the actors. All that we could alter is just the process. Rencana akan hanya menjadi sebuah rencana apabila ia memang tidak pernah tertulis.

* Ibu saya pernah berkata: Berhati-hatilah dalam memilih teman. Menurut saya manusia harus lebih berhati-hati dalam mencari musuh.

* Salah satu proyek besar saya dalam hidup adalah mengamati perilaku manusia, menganalisa, dan memilahnya ke dalam beberapa kelompok besar. Beberapa proyek kecil saya dalam hidup adalah memiliki minimal 12 buah restoran padang terkemuka di Indonesia, membangun rumah singgah bagi anak-anak jalanan, seorang istri, dan 3 orang anak. Entahlah, semua hal tersebut diatas mungkin hanya akan sekedar menjadi sebuah lelucon belaka. Tampaknya begitu. Mudah-mudahan tidak.

* Fitter, happier, more productive, comfortable, not drinking too much, regular exercise at the gym (3 days a week), getting on better with your associate employee contemporaries, at ease, eating well (no more microwave dinners and saturated fats), a patient better driver, a safer car (baby smiling in back seat), sleeping well (no bad dreams), no paranoia, careful to all animals. Terimakasih atas petunjuknya Tuan Thomas Edward Y.

Sampai jumpa tuan dan puan, kita bersua di lain malam.

Kamis, Desember 24, 2009

9th: Tolong

Tiba-tiba saya merasa tidak enak hati malam ini, dan saya ingin menulis.

Tangan manusia yang kecil memang tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa mengubah apapun, nihil kuasa. Banyak sekali hal di dunia yang tidak akan bisa kita ubah, sebagaimana pun inginnya.

Pada suatu ketika, ada seorang anak yang mengira dirinya serba tahu dan memiliki kuasa atas banyak hal. Buah pemikirannya cukup diakui oleh segelintir orang. Keberadaannya mengundang senyuman dan sapaan dari sekeliling. Seorang anak yang akan selalu menyita pandangan orang saat ia berjalan memasuki sebuah ruangan. Anak ini dewasa sebelum waktunya. Atau setidaknya saya pikir begitulah dia. Si anak merasa sangat tahu akan apa yang ia butuhkan, yang ia tidak tahu hanyalah cara untuk menggapainya.

Pada suatu ketika sang anak merasa sangat putus asa. Si anak menyimpannya di dalam dirinya sendiri. Pada suatu ketika sang anak merasa sangat terharu. Si anak menyimpannya di dalam dirinya sendiri. Pada suatu ketika sang anak merasa sangat marah. Si anak menyimpannya di dalam dirinya sendiri. Pada suatu ketika sang anak merasa sangat bangga. Si anak menyimpannya di dalam dirinya sendiri. Pada suatu ketika sang anak merasa dipenuhi cinta. Si anak menyimpannya di dalam dirinya sendiri. Tidaklah aneh apabila selama ini ia menjalani hidupnya dengan penuh beban. Masalahnya adalah, apakah beban ini benar-benar ada atau ternyata tidak nyata, hanya Tuhan-lah yang tahu. Dan si anak pun tersadar, ia tidak pernah tahu apa-apa.

Hidup. Terdiri dari lima huruf, dan jutaan tetes air. Air mani air mata air keringat air susu ibu air susu kalengan air uap air es teh manis air tawar air asin air jeruk air ledeng air keruh air cerebrospinal air campur darah air kencing sama air campur tanah.

Ternyata memang benar, living is easy with eyes closed. Tidak, tidak tepat. Yang benar, living is easy with brain exploded.

Hampir semua rasa; putus asa, haru, amarah, bangga, cinta, tidak bisa diungkapkan dengan kata. Oleh karenanya, Tuhan menciptakan kedua bilah tangan sehingga manusia bisa saling bersentuhan.

Tolong.

Jumat, Oktober 16, 2009

8th: Are You Here With Me?

A single drop of rain. A smile unexplained. A silent gesture. A moment out of time.
*Setetes air hujan jatuh, tempias. Sedang hujan diluar sana. Keheningannya seketika terusik. Seorang wanita yang sedang berdiam diri, duduk dengan resah. Nelangsa terlintas dari kedua bola mata pucat yang berkaca. "Kaukah itu", pikirnya. Yang kali ini merobek sunyiku, menghantamku dengan kedua bongkah gada tepat di jantung, memporak-porandakan nalar, luluh lantak, semasa aku disini terduduk sendiri. "Selamat", ujarnya. Kau telah berhasil, baiduriku. Wanita itu tersenyum. Hanya saja, kali ini bukanlah sebuah senyuman yang tak terartikan. Bisa dirasa indah olehnya sehembus angin yang membawa angan. Angin.

A single blade of grass. A sorrow that will pass. A simple pleasure. A shadow in the rain.

*Sebilah helaian rumput yang terbawa kelana angin. Seiring ia tertiup, seiring pula kehampaan seorang pria teredam. "Kesedihan akan selalu berlalu", renungnya. Bukan sebuah hal yang besar memang, yang gegap gempita menggemparkan. Tetapi, kebahagiaan sederhana yang takkan terbayar dan terganti oleh sesuatu pun. Pria itu tersenyum. "Dingin", pikirnya. Ia menggigil, semakin direngkuhkan tubuhnya di dalam mantel. Seiring waktu, angin bertiup semakin kencang. Hujan pun turun. Air.

This world is made of simple scenes, like reflections from a childhood dream. Each one a seashell lost upon a shore, can there be more.
*Semua itu terjadi hanya sesaat, hanya dalam sekelebatan mata, dalam sebuah skenario Maha Kuasa yang cukup terbaca, saat sang pria melihat wanita itu pertama kali. Berdiri, sendiri, tampak menunggu entah siapa. Pria takjub, terkesima. Mengalir darahnya menuju kepala. Dan berhenti tepat di jantung. Dia tidak tahu, dia entahlah siapa. "Inilah cinta", katanya. Begitu agung, penuh agitasi di dalam relung, sederhana, dan berwarna merah jambu ungu. "Apakah yang harus kuperbuat?", Ia berujar. Sekedar berubahkah, atau menjadi aku yang bukan diriku. Ia bertanya-tanya, meski sebenarnya Ia tahu jawabannya.

Is there a light beyond a sky? Can we ever know the reason why? Like notes that ring and fade into the night. Can that be right?
*Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa mengajak bintang untuk berbincang dengannya. Karena, kalau Ia bisa, kisah ini hanya akan menjadi sebuah khayal ibarat nestapa semata. Ia merenung menatap langit yang kali ini secerah cahaya matanya. Membangkitkan sisa-sisa kenangan dalam benak, hasil percakapan dengan seorang wanita. Bertanya-tanya, "akankah Ia jadi nyata?"

Oh.. I’m drowning in a sea of leaves, each one a perfect memory.
*Ia mudah untuk dipatahkan. Dibuat bimbang atau ditekan oleh keadaan. Tetapi ia terus menelisik, mencari celah, mengikuti aliran yang mengalun penuh rima. Karena pria itu bernama Air. Wanita menunggu. Pucat pias pasi, bimbang, sembilu menghisapi jemari. "Aku mudah untuk pergi", katanya. Entah kau juga menunggu, atau aku yang akan bertiup berlalu. Sang wanita bernama Angin.

All i want to do float forever. All i want to do is dream forever. Am i sinking in your dream?
*Semenjak saat ini, hingga nanti selamanya, memang semua hanya sekedar angan. Yang kan mengalir bersama air, yang kan berlalu bersama angin. Karena kita tidak hidup selamanya.

Ooh.. Are you here with me forever?
Are you here with me forever?
Are you here with me?


Cerita percintaan memang selalu mudah untuk dijadikan objek penulisan. Hiihaaa. Karena memang saya orang melayu. Judul, lirik, dan inspirasi berasal dari lagu Are You Here With Me oleh Bali Lounge, dan puisi Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana oleh Sapardi Djoko Damono. Dan disela-sela malam menuju satu minggu yang penuh dengan ujian tengah semester, akhirnya, blog saya pun ter-update. Cheers.

sampai jumpa tuan dan puan, kita bersua dilain malam

Sabtu, Juli 11, 2009

7th: From Pondicherry to Toronto, and West Sumatra to Tanjung Pinang

Buku adalah gudang ilmu. Nenek saya adalah gudang ilmu. Dan kakek saya adalah gudang ilmu.

Hanya dengan berbaring sembari membaca buku, atau mendengarkan cerita nenek saya, atau menjelajahi kota kecil ini bersama kakek saya sambil mendengar petuahnya, masa liburan saya hingga saat ini tidak terasa terbuang percuma.

Yang kurang di pulau ini hanyalah Singgalang Jaya, Pizza Hut, dan lawan bermain PES 09.

Tiga buku terakhir yang saya baca ialah Dataran Tortilla (Tortilla Flat), Coraline (Graphic Novel), dan The Life of Pi.

Judul terakhir cukup berkesan bagi saya, merupakan pemenang Man Booker Prize di awal tahun 2000-an. Sudah cukup lama saya tertarik membelinya, tapi baru kesampaian tempo hari ini. Menceritakan seorang pemuda yang berasal dari Pondicherry, India bernama Piscine Molitor Patel yang terombang-ambing di samudra pasifik dalam sebuah sekoci penyelamat selama 227 hari. Bersama seekor harimau bengala yang bernama Richard Parker. Kapal yang mengangkutnya dan keluarganya menuju Toronto, Kanada, karam di tengah jalan. Karakter Pi terbilang unik karena ia menganut tiga agama, Hindu, Kristen katolik, dan Islam. Surga baginya ibarat sebuah negara yang akan menerima semua orang untuk kedalamnya asalkan punya paspor, tidak peduli dari negara mana paspornya.


Sebuah gerimis di sore hari bagi hati dan otak.

Selanjutnya, saya ingin bercerita tentang nenek saya. Saya memanggilnya Oma.

Sebuah pedang yang tajam pernah terhunus ke leher Oma saat Ia masih kecil. Seorang prajurit jepang yang melakukannya. Oma dituduh mencuri beras saat sedang bertugas memindahkannya ke lumbung. Entah berapa banyak. Tapi Ia selamat. Tentu saja tidak benar Ia mencurinya.

Di Kota Gadang, Sumatra Barat, tanah kelahirannya, Ia sedikit mengecap gaya hidup ala Belanda. Ia selalu bersemangat menceritakan hobinya berdansa ballroom, dan saling sapa-menyapa dengan rekan sejawatnya menggunakan bahasa belanda. Hobinya berdansa terhenti setelah menikah karena dilarang oleh suaminya. Dosa, katanya.

Oma merantau ke Tanjung Pinang sekitar tahun 1955. Saat ayahnya meninggal, Ialah tumpuan hidup bagi ibu dan kedua adiknya. Ia pernah menjadi seorang pemain sandiwara radio, sepanjang 120 episode. Bayarannya sekitar $5 singapura per episode. Dan Sebungkus nasi. Ia pernah mengikuti sebuah perlombaan bagi gadis dengan rambut terpanjang. Dahulu, rambutnya mencapai mata kaki. Saya selalu tertawa mendengar ceritanya ini. Saya lupa apakah ia menang atau tidak. Menang, kalau tidak salah ingat.

Oma dan Datuk menikah pada 15 Februari 1959. Pada masa itu mereka belum mengenal hari valentine. Kalau sudah, mungkin pernikahan mereka akan dimajukan sehari.

Dengan pendidikan seadanya ia sempat menjadi seorang kepala keuangan di pemerintahan daerah. Ia mengepalai bagian keuangan saat pembangunan jalan pertama di Pulau Bintan, pulau dimana Tanjung Pinang berada. Ia pensiun dengan status IIId, dengan skala Ia sampai VIa , kemudian lanjut ke Ib, IIb, dan seterusnya hingga mencapai VId.

Setelah berhasil membeli rumah, Ia membeli sebuah losmen 8 kamar seharga tujuh juta rupiah. Satu juta rupiah didapatnya dengan meminjam uang tanpa jaminan dari Si Panjang Pendek. Panjang Pendek adalah seorang cina yang pernah menjadi tetangganya di Kampung Jawa. Panjang Pendek baik padanya sudi meminjamkan uang, padahal saat itu Ia sedang membangun sebuah tempat pembakaran mayat di Batu Sembilan. Beliau sedemikian baiknya karena Oma seringkali membantu Panjang Pendek mengikat plastik minuman segar yang Panjang Pendek jual.

Saat itu hotel di kota ini baru ada tiga. Losmen ini salah satunya. Dahulu, saat baru dibeli, Oma dan Nenek Onde-Onde, almarhumah, ibunya, harus menjahit sendiri kasur-kasur dan bantal-bantal yang dibutuhkan karena kasur dan bantal yang ada sudah menghitam. Kini, Alhamdulillah, pemasukan losmen itu berada di kisaran dua hingga tiga juta rupiah sehari.

Di sela kesibukannya mengurus hotel kecil ini, Ia mendapat tawaran peminjaman uang untuk membeli tanah di depan losmen dan kemudian membangun hotel tiga tingkat. Tawaran tersebut berasal dari seorang kepala bank, paman dari Didi, anak buah Datuk. Tawaran tersebut bernilai seratus dua puluh lima juta rupiah, dan lagi-lagi tanpa perlu sesuatu untuk dijaminkan. Ia menerimanya, dengan konsekuensi pensiun dini dari pekerjaannya sebagai kepala keuangan. Hotel itu masih ada hingga kini. Tempat dimana saya ber-hotspot saat ini.

Pesan Beliau pada saya: "Jangan lupa Shalat lima waktu".

Saya ingin menceritakan kisah Datuk, kakek saya.

Ia berasal dari Payakumbuh, Sumatra Barat. Berawal sebagai seorang kuli pelabuhan. Kemudian bekerja di lapangan terbang. Salah satu orang yang membuka penerbangan keluar masuk tanjung pinang dan batam. Naik Haji hingga keliling eropa bersama Oma. Kini memiliki tanah di berbagai tempat, pantai, rumah, ruko, dan gudang dalam jumlah yang amat patut disyukuri. Apalagi yang perlu saya tambahkan?

Pesan beliau pada saya: "Manjakan dirimu saat muda, dan kau akan berakhir susah. Atau bersusah disaat muda, dan kau akan bisa bermanja-manja disaat tua. Dan jangan lupa Shalat".


(Pantai Trikora, Pulau Bintan)

Mereka berdua masih hidup bersama hingga saat ini. Hidup mereka sederhana saja. Saya amat sangat menyayangi mereka, akan selalu mendoakan mereka, mengingat pesan mereka, dan berharap bisa belajar untuk hidup seperti mereka.

Tentu sudah banyak beredar kisah hidup sukses dari berbagai tokoh-tokoh masyarakat yang bahkan jauh lebih fantastis daripada kisah Oma dan Datuk. Tetapi menurut saya selama gratis, tidak ada salahnya berbagi sedikit cerita ini kepada teman, bukan?

Selasa, Mei 12, 2009

6th: Anak Kecil Pamer Biji

Cerita keenam ini bukan berisi cerita mengenai pengalaman saya dan teman-teman saya. Saat melihat seorang anak kecil mengencingi kepala temannya saat sedang sujud pada suatu shalat jum'at. Bukan.

Tapi mengenai keinginan saya untuk kembali menjadi seorang anak kecil.
Seorang anak kecil bisa melakukan banyak hal. Semuanya. Apapun. Segalanya.
Tanpa perlu berpikir. Menimbang-nimbang. Dan memutuskan.

Lelah menjadi orang dewasa. Dimana semua hal perlu diperdebatkan Dan dianalisa menggunakan logika dan nurani. Kemudian dilakukan dengan siap menerima segala konsekuensinya. Kalaupun pada akhirnya tidak, at least, ditulis di blog.

Saya sering berargumen dengan hidup. Terlalu sering. Biasanya, hidup selalu memberikan solusi, dan konklusi terhadap hal-hal, isu, atau masalah tersebut. Saya berterima kasih kepada hidup. Sangat berterima kasih. Yang berarti dibaliknya, saya berterima kasih kepada Dzat yang maha agung yang senantiasa menyaksikan dan mengizinkan hidup tetap berputar searah jarum jam. Yang memberi jawaban atas segala pertanyaan, analisa, dan "tebak-tebak berhadiah" yang saya lakukan, terlalu tepat. Sepertinya saya memang ditakdirkan menjadi seorang consultant. Haha. Cos i'm just too good at it. Analyzing. Atau menjadi seorang kiai. Cos im too patient, according to what my friend have said. Come on, mate. Cheerio. Life's good, as you know it. Haha.

Tampak begitu picik membicarakan rasa terima kasih kepada tuhan, disaat saya sendiri menulis ditemani sebotol vodka mix (hanya 4.8% kok. Cheers, mate.) di kosan seorang teman baik saya di Cihampelas.

Saya tidak ingin memperlakukan dan melakoni hidup saya seperti sinetron. Mungkin dulu pernah, Alhamdulillah, sudah lama tidak. Karena tanpa begitupun, hidup saya sudah sekelas film box office. Yah mirip-mirip Trainspotting, lah. Meskipun lebih lembek, dan Ewan Mc Gregor lebih ganteng dari saya. Intinya, saya tidak akan melakukan hal aneh dan berlebihan hanya untuk meramaikan suasana.

Seperti yang sudah saya tulis di 5th, cerita sebelumnya, yaitu:
Seorang pria duduk. Dalam diam. Memperhatikan. Membakar cerutunya. Melihat jam. Tersenyum kecil, sinis. Kemudian pergi berlalu.
Ganti cerutu dengan A mild sampoerna menthol. Sayalah pria itu.
Saya melihat jam, hanya untuk memastikan ia tetap berputar. Dan memang sudah terlalu lama. doh.
Dan saya memang pergi berlalu.

Kalau begitu. Untuk apa kamu menulis, Haikal?
Untuk pamer, tentu saja. Karena saya menang. Atas pikiran, dan biji saya sendiri. Meskipun saya tahu pasti tidak ada yang perlu dibuktikan.

Karena meskipun lelah, ternyata saya sudah.

Redi teu, barudak? Cheers.

Roos Haikal Ramadhan

Sabtu, Mei 02, 2009

5th: Sins, My Friend

*a sleepy conscience.

Sebuah kebahagiaan yang besar muncul saat berhasil membuat orang lain bahagia. Tetapi kesadaran saya sedang mengantuk.

*sometimes, you just have to leave.

Seorang wanita menari dengan lemah gemulai. Dengan gerak-geriknya dicitrakan bayang. Terdengar sekelebatan lagu pengiring yang mengalun, menentramkan.
"You are far. When i could have been your star. You listened to people..."
Seorang pria duduk. Dalam diam. Memperhatikan. Membakar cerutunya. Melihat jam. Tersenyum kecil, sinis. Kemudian pergi berlalu.

*interview with the devil

Wawancaranya dengan Setan akan dimulai kira-kira 2 menit lagi. Nafasnya terburu, tegang memikirkan perihal apa sajakah yang akan ditanyakannya kepada Setan. Keringat bercucuran deras dari keningnya, bagai cangkir kaca dengan lubang yang menganga.
Wawancara akan segera dimulai. Dengan ketenangan yang palsu, ia melangkah masuk ke dalam ruangan. Ditatap olehnya punggung Sang Setan yang berduri, menusuk-nusuk dari lapisan jas yang Setan kenakan. Tanduk Setan berkilauan, dengan ujung setajam pisau. Ia berhenti melangkah, hanya terpisah oleh sedikit jarak.

Seketika, Setan memutar kursinya, berbalik, tersenyum, dan berkata:
"Saya baru saja berniat pergi untuk menjemput anda. Tetapi.."
"Tampaknya anda cukup mandiri untuk menempuh perjalanan kesini sendiri."
"Yah, baguslah kalau begitu.."
"Silahkan duduk."
"Selamat datang dalam lingkaran."
"Haruskah kita mulai?"
"Tentu saja wawancaranya, temanku.."

Wawancara dimulai. Pertanyaannya kepada Setan ialah:
"Dulu."
"Sempat muncul sebuah pemikiran yang amat 'liar' dari manusia."
"Yaitu, bahwasanya."
"Sebenarnya manusialah yang menciptakan Tuhan dalam pikirannya sendiri."
"Tak lain dan tak bukan."
"Adalah untuk menyediakan sebuah sarana pelarian."
"Yaitu demi keberadaan sebuah pihak, yang bisa dijadikan tempat untuk ditangisi."
"Jadi tempat untuk dipertanyakan."
"Tempat untuk dipersalahkan."
"Kemudian."
"Kami menyalahkan kalian, Setan."
"Sebagai satu-satunya pihak yang mampu membisikkan sejenis pemikiran-pemikiran liar dan tak beradab seperti itu."
"Sehingga seketika bisa muncul dan mengemuka dalam logika kami, para manusia yang sempurna."
"Lalu kini saya ingin tahu."
"Apakah benar Tuhan yang menciptakan kalian, Setan?"
"Ataukah, kami?"

Hingga detik ini, pria itu masih terduduk diam penuh dengan kegelisahan.
Setan belum menjawab.

*lazy and disorientated
Besok akan berharap, dan lusa akan berusaha.

Sampai jumpa tuan dan puan, kita bersua dilain malam

Oh iya. Satu lagi. Saya baru potong rambut tadi siang. Kini saya botak. Untuk pertamakalinya semenjak bayi. Saya harap teman-teman saya akan menerima saya apa adanya. Haha. Terima kasih.

Sabtu, Maret 07, 2009

Unfortunate Franz Kafka And Our Old Fellow Mr.Yorke

*I think we ought to read only the kind of books that wound and stab us. If the book we are reading doesn't wake us up with a blow on the head, what are we reading it for?
...we need the books that affect us like a disaster, that grieve us deeply, like the death of someone we loved more than ourselves, like being banished into forests far from everyone, like a suicide. A book must be the axe for the frozen sea inside us.

Franz Kafka
(3 Juli 1883 – 3 Juni 1924) adalah seorang bohemian-yahudi, salah satu penulis fiksi berbahasa jerman yang cukup terkemuka pada abad ke-20.

*That's it, sir. You're leaving. The crackle of pigskin. The dust and the screaming. The yuppies networking. The panic, the vomit. The panic, the vomit. God loves his children, God loves his children, yeah - Paranoid Android.

I'll take a quiet life, a handshake of carbon monoxide, with no alarms and no surprises
- No Surprises.

I don't know why you bother. Nothing's ever good enough for you. I was there and it wasn't like that. You came here just to start a fight
- A Punchup at a Wedding.

Get the eggs. Get the flan in the face, the flan in the face, the flan in the face. Dance you fucker, dance you fucker. Don't you dare, don't you dare. Don't you flan in the face
- Wolf at the Door.

It's too much. Too bright. Too powerful. Too much. Too bright. Too powerful
- Last Flowers.

Thomas Edward Yorke
(7 0ctober 1968 - sekarang), kelahiran Wellingborough, Northamptonshire, Inggris adalah seorang musisi dan vokalis di sebuah band Inggris terkemuka, Radiohead.

Entah kapan saya akan membuat 5th. Saat ini isi kepala saya (masih) terlalu kosong.

Rabu, Januari 28, 2009

Jadi

*Kata “jadi” – sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang tak mudah diterjemahkan — menggambarkan perubahan yang-potensial ke dalam yang-aktual, yang-belum ke dalam yang-sudah. “Kejadian” juga mensugestikan sesuatu yang tak rutin dan terkadang menakjubkan.

*Pendeknya, niat untuk menjangkau sesuatu yang universal itu bodoh, melupakan bahwa “sesama” tak pernah “sama”, kecuali sebagai angka statistik.

*Agaknya ia tak ingin kita membunuh diri dengan saling menghancurkan, setelah putus asa melihat diri sendiri sebagai unsur yang keji di planet bumi. Agaknya ia ingin manusia seperti pohon hutan: makhluk yang luka tapi memberi tetes air dan keajaiban.

Dikutip dari Badri - Catatan Pinggir Goenawan Mohamad.

4th: Happiness Is A Warm Gun

Kepasrahannya diletakkan di hadapan pistol revolver enam lubang berisi satu peluru. Roulette orang rusia, yang taruhannya tetap nyawa. Petualangannya akan segera dia paksahentikan. Jika, dan hanya jika, peluru yang diletakkan terbuat dari timah, diarahkan tepat ke pelipis, dan dia sedikit kurang beruntung.

Happiness is a warm gun, yes it is.


Kurang lebih hari ini dan esok lusa nanti tidak akan jauh berbeda. Terikat pada pola dan plot yang sama. Terjebak oleh sosok yang sama. Terjepit di dalam lubang dalam yang sama. Yang akan nampak berbeda hanyalah intensitas cahaya pada langit biru yang kadang berhimpit kelabu. Arah langkahnya, bahkan senandung kecilnya sama. Apa yang Ia renung dan utarakan? Ketika tuhan dengan mirisnya bertanya padanya melalui Jibril, "Kau mau apa? Mau kemana? Untuk apa kau pergi lagi kesana?" Yang ada di benak dan yang keluar dari lisannya tidak sama. "Aku hanya ingin melihatnya. Disana di jendela kamarnya, yang hanya kebetulan selalu kulewati. Tidak apa, aku hanya ingin pun". Tuhan berbisik padanya melalui Jibril, "Hey bebal, makna hidupmu kan berujung hanya disana di hadapan jendela kamarnya. Kelak kau saksikan sendiri dengan mata kepalamu, niscaya anganmu dan dirimu kan disapu angin selayaknya debu bisu yang tak berharga. Kau kan terdampar selamanya di dalam gelap." Ia termangu mendengarnya, pias, hanya mengangguk penuh khidmat. Ia melangkah dalam diam seperti bayangan hitam yang dinaungi pepohonan. Sementara, isi otaknya terus diputar, dan logikanya terus digali.
Hingga setibanya Ia di sebuah ujung di suatu jalan yang penuh dengan cahaya remang. Merasa terang, ia berkesimpulan, "Tidak ada masalah dengan semua itu. Aku hanya ingin bahagia. Aku menginginkan kesenangan. Aku ingin cahaya. Tidak ada yang salah dengan itu. Kan kutatap matanya dalam. Kureguk semua cahayanya. Hingga suatu saat ia merasa gelap yang hampa, dan dicarinya cahayanya yang sudah kureguk dan kusimpan. Yang hanya milikku dan ada padaku. Dan kamipun kan bersinar bahagia bersama selamanya." Ia kembali melangkah, sudah jelas kini tujuannya, dan kemudian berlari.
Ia tiba, sekali lagi, di tujuan. Terburu oleh nafsu, didongakkan cepat kepalanya keatas, diarahkan pandangannya ke jendela. Dan dalam sekilas waktu Ia tersadar, bahwa apa yang diharap dan didamba ternyata luntur. Sosok yang Ia harap masih disana. Mata yang ia tatap penuh damba masih disana. Tapi tidak esensinya. Ia terlambat. Cahaya mata sang putri telah lebih dulu padam.
Seraya Ia memaki, angin itu datang. Ia tersapu olehnya menghilang, dan tak pernah terlihat lagi.

Happiness is a warm gun, yes it is.

Ia mulai menghitung. Ditariknya pelatuk. satu. Tidak terjadi apa-apa. Semuanya masih sama seperti sedia kala. Bulir-bulir keringat bertetesan dari dahinya, meluncur menuju leher dan jatuh membasahi lantai. Benarkah ini yang dia inginkan, dia butuhkan. dua. Semua masih sama, serba memuakkan dan bergetah. Jika, dan hanya jika, pistol tidak meletus pada tarikan terakhir ini dia berniat untuk... tiga. Dan isi kepalanya berhamburan ke lantai. Jatuh bercampur genangan keringat.

Happiness is a warm gun. Bang bang shoot shoot.


Kamis, November 27, 2008

3rd: Tiga Bintang Yang Tak Bersinar Tentang Sebuah Dulu di Saat Ini

*Ada sebuah tempat yang dinamakan the sanctuary.
Tempat suci. Sakral. Sanktuari. Di tempat ini setiap jiwa seakan bisa melakukan apapun yang diinginkan. Bisa menginginkan untuk melakukan. Tak perlu takut akan salah keliru. Karena sebuah salah dan sebuah keliru hanya akan mentahbiskan kemanusiaanmu. Tempat yang dapat memberi ruang bagi pemikir sama baiknya seperti bagi pekerja. Dan tentu penuh tafsir yang berlebihan bila kau bayangkan yang tak terbayangkan. Karena apa yang sesungguhnya dimaksudkan memang adalah tempat-tempat biasa yang memang biasa dan hanya biasa bagi satu jiwa, tapi bak mahakarya agung bagi jiwa lainnya. Sanktuarimu bisa ada dimana saja, sanktuari kita bisa ada dimana saja. Di kamar mandi berjamur, di koridor dekat perpustakaan, di lapangan bola penuh batu, di ruang kuliah umum di sisi barat, di pelataran warung depan sekolah, di studio musik berbau apak, di teras sebuah mini market, di tempat penyewaan komik, di bar bercahaya redup, di laboratorium instruksional lantai tiga, di rumah makan berkursi empuk, di kamar kosanku, atau di ruang tamu rumahmu. Yang sebenarnya bisa membuat semua ruang di semesta sama rata hanyalah keberadaanmu yang menyungging senyum untukku, meski bahkan untuk menghinaku.

*Tahan hari ini di waktu ini di ruang ini!
Perkataan sia-sia yang jamak muncul pada senja kala. Disaat berakhir derita dan akan dimulai suka. Disaat akan diawali malam. Memang malam adalah berkat, bukan hanya karena pagi berlalu terlalu cepat. Tetapi juga karena malam penuh dengan jawaban. Akan pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat dicari jawabannya kala siang. Pantas jika matahari menjadi terdakwa dalam pertikaian. Bahwa sengatnya menjilat kulit tulang kepala hingga isinya malas. Apa yang kini kau suka pikirkan dikala malam? Masih tentang dulu? Karena malam disini dan disana tak pernah sama.

*SEBUAH KERAGUAN LAMA YANG SAMA YANG MASIH BERULANG KALI MUNCUL.
DIWUJUDKAN DALAM LEMBARAN ELEKTRONIK OLEH SEORANG EKLEKTIK YANG NAIF. KOSAKATA YANG DISIAPKAN, YANG DISUSUN SEDEMIKIAN RUPA TELEDOR DAN CEROBOH HANYALAH ALAT BANTU YANG BERJASA DALAM MENYIMPAN, MENYAMARKAN, SEKALIGUS JUGA MENJELASKAN MAKNA DAN ARTI. DIGUNAKAN BAHASA YANG UNGGUL. UNGGUL KARENA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMAKI KEBANYAKAN ORANG DARI NEGERI ASING TANPA BALAS TANGGAP DARINYA. TURUT DIHATURKAN TERIMA KASIH KEPADA SAUDARA SOEKARNO, SAUDARA HATTA, DKK, UNTUK USAHA KERASNYA DULU YANG TERNYATA KINI BERBUAH SEPAT BAGAI KEDONDONG. YANG TERNYATA MELAHIRKAN BANYAK PEMIMPIN TANPA HURUF "N". MARI HANYA BERMIMPI TERUS. TOH KITA TAK PERNAH MEMINTA DILAHIRKAN BEGINI. BENAR SEKALI, BODOH.

Sampai jumpa tuan dan puan, kita bersua di lain malam.